Internet Indonesia Masih Terbelakang di ASEAN

http://images.detik.com/content/2015/03/30/398/111303_laptop.jpg

Tingkat penetrasi internet Indonesia ternyata masih payah meskipun dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara. Data ini diungkapkan oleh penelitian gabungan yang dilakukan oleh Internet Society dan biro konsultan TPRC.

Dalam hasil penelitian tersebut, negara-negara di Asia Tenggara dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan angka penetrasi internetnya. Cluster 1 diisi oleh negara-negara dengan penetrasi internet di atas 60%, yaitu Singapura (73%), Malaysia (67%), Brunei (65%).

Sementara cluster 2 diisi oleh negara dengan penetrasi antara 25% dan 50%. Yaitu Vietnam (44%), Filipina (37%), Thailand (29%). Dan paling belakang adalah cluster 3, yaitu negara-negara dengan penetrasi di bawah 25%. Mereka adalah Indonesia (16%), Laos (13%), Kamboja (6%), Myanmar (1%).

Urutan negara-negara tersebut sepadan dengan data jumlah pendapatan yang dirilis oleh World Bank. “Namun tidak begitu adanya dengan Indonesia dan Thailand. Penetrasi internet keduanya berada lebih rendah dibanding angka yang diharapkan,” seperti yang tercantum dalam laporan tersebut.

Sementara menurut Rajnesh Singh, regional director Internet Society Asia Pasifik, faktor utama yang mempengaruhi tingkat penetrasi internet adalah ketersediaan infrastruktur dan biaya akses internet, seperti dilansir oleh Wall Street Journal, Senin (30/3/2015).

Angka tingkat penetrasi internet ini punya perbedaan cukup besar dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Puskakom Universitas Indonesia beberapa waktu lalu.

Dalam penelitian tersebut, tingkat penetrasi internet Indonesia pada tahun 2014 adalah 34,9%, atau tumbuh sekitar 16,2 juta dari jumlah pengguna internet tahun sebelumnya.

 sumber : detik.com

Manusia Masa Depan Dijajah Robot?

http://images.detik.com/content/2015/03/29/398/144508_173220_woz.jpg

Perkembangan teknologi robot dan kecerdasan buatan yang semakin canggih diperkirakan membawa berbagai konsekuensi. Bahkan bukan tidak mungkin di masa depan, manusia akan diperbudak robot seperti yang kerap diceritakan di berbagai film fiksi ilmiah.

Kekhawatiran itu telah dikemukakan oleh beberapa tokoh penting sehingga mungkin perlu ditanggapi dengan serius. Terbaru, pria yang mendirikan Apple bersama Steve Jobs yakni Steve Wozniak, memperingatkan kalau bisa saja robot di masa depan menguasai manusia.

“Komputer akan mengambil alih semuanya dari manusia, hal ini memang tak perlu dipertanyakan,” ucap Woz, sapaan akrabnya, dalam sebuah wawancara dengan Australian Financial Review yang dikutip detikINET, Minggu (29/3/2015).

“Seperti telah diprediksi Stephen Hawking atau Elon Musk, saya sepakat kalau masa depan itu menakutkan dan sangat buruk bagi manusia. Jika kita membuat perangkat itu untuk mengendalikan semuanya, pada akhirnya mereka akan berpikir lebih cepat daripada kita dan mengambil alih posisi manusia yang lambat untuk menjalankan perusahaan dengan lebih efisien,” ucap Woz yang sudah lama pensiun dari Apple itu.

“Akankah kita yang menjadi penguasa? Akankah kita yang malah menjadi peliharaan? Atau malah menjadi semacam semut yang diinjak-injak? Saya tak tahu soal itu,” paparnya.

Sebelumnya, CEO Tesla Elon Musk dan ilmuwan ternama Stephen Hawking menyuarakan kecemasan serupa. Hawking malah menilai robot bisa saja membuat umat manusia musnah.

“Perkembangan kecerdasan buatan secara penuh bisa berarti akhir dari ras manusia,” kata Stephen belum lama ini.

Hawking menyatakan bentuk awal dari kecerdasan buatan yang dikembangkan sejauh ini memang terbukti sangat bermanfaat. Akan tetapi dia cemas terhadap konsekuensi jika kecerdasan buatan itu bisa melebihi kemampuan manusia.

“Mereka akan berkembang sendiri dan mendesain ulang dirinya sendiri. Manusia, yang terbatas karena evolusi biologis yang lambat, tidak bisa menandinginya dan akan tergantikan,” tambah Hawking.

sumber : detik.com

Twitter Rilis Layanan Live Streaming Periscope

http://images.detik.com/content/2015/03/27/398/161955_114943_145128_187250244.jpg

Sebulan setelah resmi mengakuisisi Periscope, Twitter mengumumkan aplikasi live streaming tersebut kini sudah bisa di-download dan di-instal secara gratis.

Sayangnya, Periscope baru tersedia untuk iOS. Belum diketahui kapan ketersediaannya untuk platform lain. Yang jelas, seperti dilansir ABC News,Jumat (27/3/2015), langkah Twitter memperlihatkan keseriusannya untuk urusan video.

Dalam beberapa tahun terakhir, Twitter menguji iklan video dan memungkinkan pengguna mengupload dan mengedit video mereka. Di sisi lain, Twitter juga masih mengembangkan Vine secara terpisah.

Layanan video pendek berdurasi enam detik ini dibelinya pada 2012. Pengguna Twitter tampaknya lebih akrab menggunakan Vine ketimbang mengupload video langsung di Twitter.

Sepertinya Twitter sengaja menyediakan pilihan bagi pengguna untuk mengupload atau menikmati konten video berdasarkan kebutuhan. Periscope menampilkan berbagai informasi dan hiburan dalam bentuk video.

Periscope disebut-sebut bersaing dengan layanan serupa bernama Meerkat. Dibandingkan Meerkat, Periscope membedakan diri dengan menawarkan kesempatan kepada para broadcaster untuk memungkinkan viewer memutar kembali streaming video ketika sudah selesai

sumber : KOMPAS.com

Mouse Virtual Bikin Mudah Navigasi di Tablet

http://images.detik.com/content/2015/03/28/510/084200_m2.jpg

Pernahkan Anda mengalami kesulitan saat mengakses beberapa menu di tablet Windows 8.1? Karena bentuknya yang kecil serta jaraknya yang berdekatan. Alih-alih menekan tombol yang diinginkan, malah jari terkadang menyentuh menu lain.

Hanya saja jika kita ingin memasang mouse di perangkat tablet, rasanya aneh. Selain karena layar sentuh, para vendor pembuat tablet tidak menyediakan port USB untuk mengkoneksikan mouse. Tapi ada solusi yang bisa digunakan dengan menginstal TouchMousePointer.

Aplikasi gratisan ini berperan sebagai trackpad virtual di tablet. Sangat efektif digunakan pada tablet yang tidak dilengkapi stylus. Karena dapat membantu Anda mengakses menu-menu di Control Panel dan pengaturan di Internet Explorer.

Aplikasi ini tak hanya bekerja di Windows 8, pengguna Windows 10 pun dapat memanfaatkan aplikasi ini. Untuk mengunduhnya, dapat membuka link berikut ini http://www.lovesummertrue.com/touchmousepointer/en-us/

Setelah Anda menginstalnya, secara default aplikasi ini akan menempati posisi suduk kanan bawah. Namun Anda bisa mengubah posisi dan ukuran sesuai kenyamanan. Tapi direkomendasikan untuk mem-pin aplikasi ini di taskbar. Supaya sewaktu-waktu digunakan, dapat mudah untuk diaktif dan nonaktifkan.

Kita juga dapat memunculkan asisten pad yang membantu pengguna mensimulasikan tombol shift, alt, dan ctrl. Selain itu, kita bisa membuat beberapa kombinasi multi gesture untuk makin mempermudah navigasi.

sumber : detik.com

“Data Center” Memang Boros Listrik, Ini Cara Menyiasati Supaya Hemat!

Inovasi terbaru di bidang data center ramah lingkungan yang digaungkan sebagai solusi efisiensi energi terus ditunggu-tunggu. Pasalnya, sudah bukan rahasia umum lagi jika data center sungguh boros listrik.

Hal tersebut memang tak bisa dimungkiri. Server di data center harus standby 24 jam sehingga memerlukan energi begitu besar.

Dilansir dari Kompas Tekno, menurut US Environmental Protection Agency pada Juli 2010, energi yang digunakan untuk menggerakkan data center di seluruh dunia per tahunnya ternyata lebih besar daripada energi listrik yang dipakai oleh 10 juta rumah dalam setahun. Kebutuhan tersebut bahkan lebih besar daripada kapasitas 20 pembangkit listrik tenaga batubara dalam setahun.

Pada hasil studi tersebut juga diperoleh fakta mencengangkan. Studi tersebut menyebutkan, bahwa data center menyebabkan polusi berupa emisi karbon dioksida sebesar lebih dari 70 juta ton. Untuk membersihkan polusi itu diperlukan sekitar dua miliar pohon.

Merunut pada penggunaan energi data center, ternyata keperluan terbesar berasal dari mesin pendingin. Selebihnya, komponen lain seperti peralatan komputer, peralatan komunikasi dan jaringan juga berkontribusi pada konsumsi listrik.

Cara menyiasati

Pada situs Schneider Electric disebutkan bahwa solusi paling memungkinkan adalah menyiapkan rancangan infrastruktur yang pintar. Infrastruktur tersebut diperkuat dengan program berkelanjutan disertai efisiensi energi dan manajemen infrastruktur yang efektif untuk sebuah data center.

Manajemen Infrastruktur Pusat Data atau Data Center Infrastructure Manajemen (DCIM) Struxureware dan Intelligent Building Management Systems (iBMS) merupakan solusi yang telah bertahun-tahun digunakan. Keduanya dipakai untuk mengoptimalkan efisiensi konsumsi listrik dari infrastruktur data center.

Pada dasarnya, dengan membuat memanfaatkan energi  yang modular, sistem tersebut dapat dengan mudah beradaptasi dengan pertumbuhan atau perubahan kebutuhan energi. Selain itu, diperlukan juga sistem manajemen energi yang menyediakan visibilitas dan pengontrolan energi pada berbagai level.

Efektifitas penggunaan daya

Tingkat efektifitas penggunaan daya dapat dilihat dari Power Usage Effectiveness (PUE). PUE merupakan pengukuran total konsumsi daya data center yang dibagi dengan nilai catu daya yang digunakan oleh perlengkapan IT.

Data center paling efisien adalah yang menghasilkan PUE mendekati 1.0. Dalam artian, untuk 1 kWH energi listrik yang masuk ke dalam data center adalah benar 1 kWH pula yang digunakan oleh perangkat di dalamnya.

Lain lagi dengan sistem pendinginan. Sistem pendingin pada data center harus dihitung berdasarkan keperluannya agar biaya yang dikeluarkan optimal penggunaanya. Caranya, diperlukan input berupa jumlah panas yang dihasilkan dari perlengkapan IT dan sumber panas lainnya di dalam data center.

Pengaturan layout ruangan dan penempatan berbagai perangkat dalam data center juga dapat mengoptimalkan fungsi sistem pendingin. Tipe lantai maupun alat pendingin yang digunakan bahkan harus diperhitungkan.

Kunci utama untuk mengurangi panas adalah mendistribusikan udara dingin tepat kepada sumber panas. Ingat, fokus pendingin adalah pada perangkat, bukan ruangannya.

www.shutterstock.comPerlakuan pada data center harus khusus, mulai struktur bangunan, sumber daya, fasilitas, infrastruktur dan segala hal yang berkaitan dengannya harus sudah memenuhi kaidah dan standar keilmuan yang ada. Salah perlakuan, operasional data center dapat terganggu dan menimbulkan bencana.

Solusi dengan Software

Saat ini telah tersedia software yang menyediakan akses ke semua sensor di dalam data center dan segala perangkatnya. StruxureWare dari Schneider Electric, misalnya, dapat memangkas daya listrik hingga 30 persen serta mengoptimalkan penggunaannya (Baca: Ini Alasan “Data Center” Butuh Pengawasan Ketat!).

Melalui perangkat lunak ini, dapat diketahui letak sumber panas pada perangkat secara presisi. Demikian juga bila ada sistem atau peralatan yang tidak berfungsi. Bahkan, riwayat konsumsi energi pusat data pun terekam di dalam sistem.

Kini, jika semua sistem terhubung dan terintegrasi, melakukan monitoring data center di tempat-tempat yang jauh hingga lintas negara pun akan semakin mudah. Dengan begitu, setiap gangguan dan ancaman dapat segera diketahui.

sumber : KOMPAS.com

5 Layanan Internet Ini Disarankan Tidak Dipakai

Pengadilan tertinggi Uni Eropa (CJEU) tak bisa berbuat apa-apa untuk menghadang aksi mata-mata dari pemerintah Amerika Serikat. Kuasa hukum komisi Eropa Bernhard Schima mengatakan, kecil kemungkinan untuk menghentikan gerakan negara adikuasa tersebut.

“Kau harus menutup akun Facebook jika kau punya,” begitu kata Schima, sebagaimana dilaporkan Arstechnica dan dihimpun KompasTekno, Kamis (26/3/2015).

Perlu diketahui, masyarakat Uni Eropa sebelumnya mengeluh atas layanan lima raksasa teknologi Amerika Serikat yang dinilai lemah dalam melindungi privasi penggunanya. Kelimanya adalah Apple, Facebook, Microsoft, Skype, dan Yahoo.

Kelemahan tersebut diketahui dari kajian seorang aktivis privasi dari Austria, Max Schrems. Ia didukung oleh beberapa penghimpun dana untuk mengkaji data yang relevan di Jerman, Irlandia, dan Luxembourg.

Jika ditarik mundur, hal serupa telah dikemukakan mantan karyawan NSA Edward Snowden. Pria kontroversial tersebut mengungkap bahwa melalui layanan sembilan perusahaan teknologi basis AS, pemerintah AS mampu mengakses semua data pengguna di seluruh belahan dunia. Kelima perusahaan yang disebut Schrems masuk dalam sembilan negara yang dikemukakan Snowden.

Di dalam situs International Association of Privacy Professionals, Komisi Eropa juga mengakui bahwa jalan diplomasi yang ditempuh dengan pemerintah AS tampaknya tak bisa diandalkan untuk melepaskan Uni Eropa dari intaian negara Paman Sam tersebut.

“Diplomasi tak bisa menjamin proteksi untuk data pribadi warga Uni Eropa. Secara politik dan ekonomi kita punya kerangka yang penting dan masih dalam tahap negosiasi untuk kepentingan rakyat. Negosiasi ini telah berjalan 18 bulan dan belum mencapai titik temu,” kata perwakilan Komisi Eropa.

Tak hanya Uni Eropa yang ketar ketir dengan serangan mata-mata AS. Sepuluh raksasa teknologi basis AS yang bermarkas di Silicon Valley pun sedang berjuang melawan tindakan semena-mena pemerintahannya.

Bergabung dalam koalisi yang disebut “The Reform Government Surveillance”, kesepuluh perusahaan mengajukan 5 poin permohonan untuk pemerintahan AS. Intinya agar menghentikan aksi mata-mata ke pengguna layanan mereka. Sepuluh perusahaan yang dimaksud adalah Facebook, Twitter, Google, Apple, Evernote, Skype, Aol, Dropbox, LinkedIn, Microsoft, dan Yahoo.

sumber : KOMPAS.com

Google Bolak-balik Gedung Putih Seminggu Sekali

Google telah membangun kerajaannya dengan layanan mesin pencari yang tak tertandingi. Kini, perusahaan yang didirikan Larry Page dan Sergey Brin tersebut juga perlahan menguasai lini teknologi untuk kepentingan politik Amerika Serikat.

Dilansir KompasTekno, Jumat (27/3/2015) dari BusinessInsider, Google rutin mengadakan pertemuan dengan pihak Gedung Putih, setidaknya sekali sepekan. Hal ini semakin menegaskan posisi Google yang berperan cukup besar untuk White House.

Jika dilihat ke belakang, dulunya Google pernah dinobatkan sebagai perusahaan tak terpercaya oleh Federal Trade Commission (FTC) pada 2012 silam. Menanggapi hal ini, Google tak berpangku tangan.

Perusahaan produk internet tersebut memperkerjakan banyak pelobi untuk mengadakan pertemuan-pertemuan impresif dengan FTC dan White House. Akhirnya, FTC pun luluh dan melepaskan investigasi ketidakpercayaannya terhadap Google.

Tak selang berapa lama, pada pemilihan umum 2012 lalu, Google menjadi perusahaan teknologi kedua yang berkontribusi paling besar. Hanya terpaut sedikit dari Microsoft yang dilaporkan memiliki kontribusi paling masif.

Saat ini, Google memiliki sekitar 100 pelobi dari 20 firma ternama untuk merekatkan hubungannya dengan pemerintah AS. Tak hanya melalui pelobi, Google juga melancarkan strategi lain dengan mendukung berbagai kampanye sosial pemerintah.

Di antaranya, Google mengerahkan dukungan terhadap 145 serikat dagang dan kelompok pihak ketiga, membantu kampanye hak asasi manusia di legislatif, dan bantuan-bantuan lainnya terkait program pemerintah.

Dengan keterlibatan sebesar itu, Google masih berkilah ketika ditanya soal ekspansinya ke ranah politik. “Kami rasa penting untuk bersuara dengan posisi kuat untuk membantu pemangku kebijakan mengetahui bisnis kami dan bagaimana kami bekerja untuk menjaga keterbukaan internet,” kata perwakilan Google.

 sumber : KOMPAS.com

Twitter Berikan Beasiswa untuk Mahasiswi Komputer Indonesia

Bosan dengan lanskap dunia IT yang selama ini didominasi oleh kaum Adam, Twitter berupaya meningkatkan peran dan jumlah perempuan yang berkarir di bidang teknologi.

Salah satu upaya ini dilakukan di Indonesia, di mana perusahaan layanan microbloggingitu bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI) dalam menyediakan beasiswa untuk mahasiswi yang kurang mampu atau memiliki prestasi akademik cemerlang.

“Kami ingin menambah jumlah programer perempuan,” kata CEO Twitter Dick Costolo dalam acara media di Jakarta, Kamis (26/3/2015). “Sebab itulah kami bermitra dengan UI untuk membiayai pendidikan bagi mahasiswi.”

Bertajuk #Twitter4WaniTek, program tersebut adalah beasiswa pertama Twitter di dunia yang didesain untuk mendorong lebih banyak perempuan Indonesia ke dalam dunia teknologi dan informasi.

Dalam program ini, Twitter membiayai pendidikan dan biaya hidup lima orang mahasiswi S1 Fasilkom selama tiga tahun mulai tahun kedua.

Senada dengan Costolo, dekan Fasilkom UI Mirna Adriani mengatakan pihaknya ingin mendorong agar bidang IT tak hanya digeluti oleh pria, namun juga kaum hawa. “Mungkin nantinya ide-ide yang akan mengemuka dari kaum wanita ini bisa berbeda dari rekan mereka yang berjenis kelamin pria,” ujar Mirna.

Dia mengakui bahwa selama ini dunia TI memang kurang diminati oleh perempuan. Hal tersebut, menurutnya, bukan hanya terjadi di Indonesia, namun juga di luar negeri.

“Sewaktu saya studi S3 di luar saja, dari 10 mahasiswa, yang perempuan cuma saya sendiri,” katanya. “Kami ingin agar lebih berimbang proporsinya antara pria dan wanita. Mudah-mudahan nanti bidang TI akan lebih diminati oleh kaum wanita.”

sumber : KOMPAS.com

ITB, UGM, Telkom Sampai Binus Berebut Tiket ke AS

http://images.detik.com/content/2015/03/26/398/190720_imagine.jpg

Kompetisi pengembangan aplikasi Imagine Cup 2015 Microsoft telah memasuki babak final. Sebanyak 9 tim dari berbagai universitas bakal bertarung untuk merebut tiket ke Seattle, Amerika Serikat.

Ya, setelah menjadi juara kandang, tim yang menjadi juara di Imagine Cup Indonesia bakal berkompetisi dengan tim-tim yang juga jadi pemenang di tiap negara yang menggelar Imagine Cup, seperti India, China, Brazil, dan sang tuan rumah, AS.

Bakal ada tiga pemenang yang dipiih di Imagine Cup 2015 Indonesia, tiap-tiap tim mewakili kategori yang dilombakan yakni Game, Innovation, dan World Citizenship. Menariknya, disebut ada 99 proyek yang terkumpul semenjak Imagine Cup 2015 digelar.

Ke 99 proyek tersebut berasal dari 961 mahasiswa yang ikut serta. Dengan jumlah sebesar itu Imagine Cup 2015 yang digelar di Indonesia menduduki lima besar dengan jumlah peserta terbanyak.

Menariknya lagi, Imagine Cup 2015 juga disebut lebih merata karena diikuti oleh 55 universitas yang berasal dari 21 kota berbeda di Indonesia. Jadi tak seperti Imagine Cup di tahun-tahun sebelumnya yang lebih terpusat di kota besar.

“Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak mahasiswa Indonesia yang tertarik menjadi developer,” ujar Anthonius Henricus, Developer Experience Editor, Microsoft Indonesia, Kamis (26/3/2015).

Adapun dari 99 proyek yang terdaftar, kesembilan aplikasi yang terpilih sebagai finalis di antaranya adalah aplikasi Bantu Anak Asuh dari tim Unikom Bandung, aplikasi bernama Alis oleh ITB, dan aplikasi Desila dari UGM. Ketiganya finalis kategori World Citizenship.

Sedangkan dari kategori Innovation yang jadi finalis adalah aplikasi Pro Mayor yang dikerjakan oleh tim UGM, aplikasi Dodo Kids Browser oleh Unikom Bandung, dan aplikasi Watchman dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.

Pada kategori Games, finalisnya adalah aplikasi TransPathtation yang dibuat oleh tim dari Binus, aplikasi Landed On Stage oleh Universitas Telkom Bandung, dan aplikasi Help Me up buatan tim asal Universitas Trunojoyo Madura.

“Lewat Imagine Cup kami juga sekaligus menyodorkan teknologi terbaru Microsoft yang mampu membantu pengembang agar lebih mudah dalam mengggarap aplikasi baru. Selain itu bagi pemenang (Imagine Cup) kami juga akan membantu soal pemasaran (aplikasinya),” pungkas Irving Hutagalung, Technical evangelist, Microsoft Indonesia, di Gandaria City, Jakarta.

Pada Imagine Cup 2015 ini Microsoft tak sendirian menggelarnya karena Telkom juga ikut andil. Operator telekomunikasi pelat merah ini berperan sebagai penyedia fasilitas internet selama ajang berlangsung.

Sponsor lainnya yang mendukung ajang Imagine Cup 2015 adalah United States Agency for International Development (USAID) yang secara khusus mensponsori kategori World Citizenship yang dilombakan di Imagine Cup 2015.

sumber : detik.com

Pengguna Internet Indonesia Tembus 88 Juta

Jumlah pengguna internet di Indonesia sepanjang tahun 2014 naik sebesar enam persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut data yang dirilis oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), jumlah pengguna internet pada tahun 2014 sebesar 88,1 juta. Angka tersebut naik dari 71,2 juta di tahun sebelumnya.

“Peningkatan ini banyak terjadi dari pengguna yang mengakses internet dari perangkat seluler,” ujar Ketua Umum APJII, Samuel A. Pangerapan saat ditemui KompasTekno di kantor APJII di Jakarta, Kamis (26/3/2015).

Lebih lanjut, pria yang kerap disapa Sammy tersebut menjelaskan, jumlah pengguna internet dari perangkat seluler tahun 2014 naik menjadi 85 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 65 persen.

Namun demikian, APJII mendesak pemerintah untuk memperhatikan pembangunan infrastruktur jaringan kabel. “Jangan sampai pengakses internet hanya dari seluler nanti,  karena kita tahu kecepatan seluler itu terbatas,” katanya.

“Kalau untuk penetrasi dan penyebaran, seluler memang lebih unggul, namun kalau soal kecepatan (kabel) memang harus menggunakan optik,” ujar Sammy.

Soal kecepatan, APJII mengaku belum bisa mendata berapa kecepatan rata-rata internet di Indonesia dengan alasan pelanggan internet belum bisa menentukan berapa kecepatan internetnya.

“Mereka belum bisa membedakan yang mana yang broadband, mana yang enggak,” ujar Sammy.

“Kalau pakai data ISP, mereka klaimnya angkanya gede-gede, padahal kenyataannya kan tidak begitu,” imbuhnya.

sumber : KOMPAS.com