Banyak yang Ceroboh Saat Transaksi Online
Menurut survey yang dilakukan Kaspersky Lab dan B2B Internasional, hampir sepertiga dari pengguna masih ceroboh saat melakukan transaksi online. Hal ini menempatkan keuangan mereka dalam risiko, termasuk menimbulkan masalah bagi bank dan sistem pembayaran elektronik jika mereka ingin mengembalikan kerugian yang dialami oleh klien mereka.
Untuk meminimalisir bahaya, lanjut Kaspersky, semua pihak yang terlibat dalam transaksi online harus mengambil langkah-langkah keamanan yang memadai.
Penjahat dunia maya tidak hanya tertarik pada nomor kartu bank, kredensial login untuk perbankan online dan rekening e-payment juga menarik perhatian.
Namun, sebanyak 31% responden mengakui bahwa mereka tidak terlalu memperhatikan tingkat keamanan situs dimana mereka memasukkan data pribadi atau keuangan mereka.
Satu dari lima pengguna tidak mengambil langkah-langkah untuk melindungi kata sandi yang digunakan untuk mengakses situs yang sensitif ini. 16% responden dengan percaya diri menyatakan bahwa kejahatancyber dimana uang dicuri adalah kejadian langka dan hal tersebut tidak mungkin terjadi padaku.
Sebanyak 30% responden menyimpan data keuangan pada perangkat dengan akses internet. Ini mungkin tidak begitu berisiko jika mereka memberi perhatian pada penggunaan program khusus untuk mengamankan penyimpanan data.
Sayangnya, mereka tidak begitu. Contohnya, hanya 58% smartphone Android memiliki solusi keamanan yang terpasang. Satu dari sepuluh pengguna Android OS menjaga kode PIN dan kata sandi mereka pada perangkat mobile yang tidak dilindungi oleh solusi keamanan apapun.
Parahnya, sebanyak 31% smartphone dan 41% tablet Android bahkan tidak memiliki perlindungan dasar sebagai pengaturan kata sandi untuk membuka blokir perangkat sebelum digunakan.
Sementara itu, masih banyak pengguna yang mengalami secara langsung bahwa penjahat dunia maya masih mengincar informasi keuangan.
Selama 12 bulan terakhir 33% dari responden melaporkan bahwa mereka telah menerima email yang mencurigakan yang mengaku dari bank dan meminta password atau informasi lainnya. 14% dari pengguna diarahkan ke halaman web yang meminta kredensial untuk masuk ke rekening e-payment mereka.
“Ketika pengguna tidak menghiraukan tindakan keamanan ini, maka mereka dapat menjadi korban penipuan. Namun pada akhirnya pihak bank yang harus membayar semua kerugian atas kelalaian tersebut,” kata Ross Hogan, Kepala Global dari Divisi Pencegahan Penipuan di Kaspersky Lab.
“Dengan begitu banyak pengguna yang ceroboh, bank dan operator sistem e-payment harus memastikan diri mereka dari risiko atas keuangan dan reputasi dengan menggunakan solusi keamanan khusus yang dapat mencegah penjahatcyber,” lanjutnya dalam keterangan tertulis, Jumat (12/12/2014).
sumber :detik.com
0 Comments