Inovasi terbaru di bidang data center ramah lingkungan yang digaungkan sebagai solusi efisiensi energi terus ditunggu-tunggu. Pasalnya, sudah bukan rahasia umum lagi jika data center sungguh boros listrik.
Hal tersebut memang tak bisa dimungkiri. Server di data center harus standby 24 jam sehingga memerlukan energi begitu besar.
Dilansir dari Kompas Tekno, menurut US Environmental Protection Agency pada Juli 2010, energi yang digunakan untuk menggerakkan data center di seluruh dunia per tahunnya ternyata lebih besar daripada energi listrik yang dipakai oleh 10 juta rumah dalam setahun. Kebutuhan tersebut bahkan lebih besar daripada kapasitas 20 pembangkit listrik tenaga batubara dalam setahun.
Pada hasil studi tersebut juga diperoleh fakta mencengangkan. Studi tersebut menyebutkan, bahwa data center menyebabkan polusi berupa emisi karbon dioksida sebesar lebih dari 70 juta ton. Untuk membersihkan polusi itu diperlukan sekitar dua miliar pohon.
Merunut pada penggunaan energi data center, ternyata keperluan terbesar berasal dari mesin pendingin. Selebihnya, komponen lain seperti peralatan komputer, peralatan komunikasi dan jaringan juga berkontribusi pada konsumsi listrik.
Cara menyiasati
Pada situs Schneider Electric disebutkan bahwa solusi paling memungkinkan adalah menyiapkan rancangan infrastruktur yang pintar. Infrastruktur tersebut diperkuat dengan program berkelanjutan disertai efisiensi energi dan manajemen infrastruktur yang efektif untuk sebuah data center.
Manajemen Infrastruktur Pusat Data atau Data Center Infrastructure Manajemen (DCIM) Struxureware dan Intelligent Building Management Systems (iBMS) merupakan solusi yang telah bertahun-tahun digunakan. Keduanya dipakai untuk mengoptimalkan efisiensi konsumsi listrik dari infrastruktur data center.
Pada dasarnya, dengan membuat memanfaatkan energi yang modular, sistem tersebut dapat dengan mudah beradaptasi dengan pertumbuhan atau perubahan kebutuhan energi. Selain itu, diperlukan juga sistem manajemen energi yang menyediakan visibilitas dan pengontrolan energi pada berbagai level.
Efektifitas penggunaan daya
Tingkat efektifitas penggunaan daya dapat dilihat dari Power Usage Effectiveness (PUE). PUE merupakan pengukuran total konsumsi daya data center yang dibagi dengan nilai catu daya yang digunakan oleh perlengkapan IT.
Data center paling efisien adalah yang menghasilkan PUE mendekati 1.0. Dalam artian, untuk 1 kWH energi listrik yang masuk ke dalam data center adalah benar 1 kWH pula yang digunakan oleh perangkat di dalamnya.
Lain lagi dengan sistem pendinginan. Sistem pendingin pada data center harus dihitung berdasarkan keperluannya agar biaya yang dikeluarkan optimal penggunaanya. Caranya, diperlukan input berupa jumlah panas yang dihasilkan dari perlengkapan IT dan sumber panas lainnya di dalam data center.
Pengaturan layout ruangan dan penempatan berbagai perangkat dalam data center juga dapat mengoptimalkan fungsi sistem pendingin. Tipe lantai maupun alat pendingin yang digunakan bahkan harus diperhitungkan.
Kunci utama untuk mengurangi panas adalah mendistribusikan udara dingin tepat kepada sumber panas. Ingat, fokus pendingin adalah pada perangkat, bukan ruangannya.
Solusi dengan Software
Saat ini telah tersedia software yang menyediakan akses ke semua sensor di dalam data center dan segala perangkatnya. StruxureWare dari Schneider Electric, misalnya, dapat memangkas daya listrik hingga 30 persen serta mengoptimalkan penggunaannya (Baca: Ini Alasan “Data Center” Butuh Pengawasan Ketat!).
Melalui perangkat lunak ini, dapat diketahui letak sumber panas pada perangkat secara presisi. Demikian juga bila ada sistem atau peralatan yang tidak berfungsi. Bahkan, riwayat konsumsi energi pusat data pun terekam di dalam sistem.
Kini, jika semua sistem terhubung dan terintegrasi, melakukan monitoring data center di tempat-tempat yang jauh hingga lintas negara pun akan semakin mudah. Dengan begitu, setiap gangguan dan ancaman dapat segera diketahui.
sumber : KOMPAS.com