5 Situs Berita Bersatu Lawan Google dan Facebook

Lima media internasional yang memiliki situs online, The Guardian, CNN International, The Financial Times, Reuters, dan The Economist sepakat menyatukan lapak iklan digital masing-masing dalam sebuah jaringan iklan bernama Pangaea Alliance.

Lewat Pangaea yang namanya diambil dari sebutan untuk benua purba itu, pengiklan bisa membeli ruang iklan di semua situs media bersangkutan dalam satu kali transaksi.

Sebagaimana dikutip Kompas Tekno dari The Guardian, Kamis (19/3/2015), iklan bisa lebih tepat menyasar audiens yang dituju karena Pangaea menggunakan sistem terkomputerisasi (programmatic).

“Keunikan Pangaea tertelak di kualitas para rekanannya,” kata Tim Gentry dari Guardian News & Media. “Kami tahu kepercayaan adalah motor utama advokasi brand.”

The Guardian mengklaim bahwa kesemua media yang tergabung dalam jaringan Pangaea memiliki audiens dari segmentasi atas. Satu di antara empat pembaca, misalnya, datang dari kalangan berpenghasilan tinggi, sementara seperlima di antaranya merupakan eksekutif yang menjabat di posisi manajemen senior.

Hal tersebut, bersama dengan jumlah audiens total kelima media sebanyak 110 juta pembaca, diharapkan bisa menarik pengiklan dan meningkatkan daya saing melawan raksasa internet seperti Google dan Facebook yang gencar mengambil porsi iklan digital.

Di Inggris, misalnya, Google dan Facebook tahun ini diperkirakan bakal mengambil setengah porsi pasar display ads digital dengan nilai sebesar lebih dari 1 miliar poundsterling.

Versi beta dari Pangaea rencananya bakal mulai digulirkan pada April mendatang denan mengandeng Rubicon Project yang berperan sebagai delivery platform. Sementara, versi penuh akan menyusul diluncurkan akhir tahun ini.
sumber : KOMPAS.com

Windows 10 Meluncur Pertengahan Tahun

http://images.detik.com/content/2015/03/18/398/170430_win10tab.jpg

Kepastian waktu perilisan Windows 10 terkuak. Sistem operasi terbaru Microsoft ini akan melenggang pada musim panas atau di pertengahan tahun 2015.

Informasi tersebut disampaikan oleh Terry Myerson, Windows Chief saat konferensi Windows Hardware Engineering Coomunity di Shenzhen, China.

“Windows akan tersedia musim panas ini di 190 negara dan 111 bahasa,” ujar Myerson yang dikutip detikINET dari The Verge, Rabu (18/3/2015).

Khusus China, Microsoft menyelipkan fitur kostomisasi Windows 10, seperti Cortana berbahasa Mandarin. Mereka pun merangkul Lenovo dan Tencent untuk menawarkan Windows 10 di China.

Lenovo akan menyediakan layanan upgrade Windows 10 di 2.500 service center dan beberapa toko retail di seluruh China. Sementara Tencent akan menawarkan paket upgrade yang di dalamnya terinstal aplikasi lokal populer, seperti QQ.

Seperti diketahui, Windows 10 memulai debutnya pada September 2014. Microsoft memamerkan tampilan sistem operasi terbarunya tersebut. Di awal tahun 2015, perusahaan yang didirikan Bill Gates ini memberikan Technical Preview untuk dijajal. Kala itu, Microsoft memang mengatakan akan merilis Windows 10 tahun ini, namun tidak jelas kapan pastinya.

sumber : detik.com

SIM Card Lokal Jadi Raja di Negeri Sendiri? Ini Syaratnya!

http://images.detik.com/content/2015/03/19/328/075008_sim200.jpgSejumlah operator telekomunikasi mulai melirik SIM card buatan lokal. Bukan cuma karena didorong adanya isu penyadapan, namun karena memang niatnya untuk memajukan industri dalam negeri.

Tapi yang menjadi pertanyaan, apa industri lokal sanggup untuk memenuhi pasokan ratusan juta kartu halo-halo setiap tahunnya. Karena seperti diketahui, Indonesia punya banyak sekali operator seluler.

Mulai dari Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Hutchison 3 Indonesia, Smartfren Telecom, Bakrie Telecom, hingga Sampoerna Telkomunikasi Indonesia. Mereka butuh kartu dalam jumlah besar dan tak cuma sekadar untuk akuisisi pelanggan baru.

“Sepanjang industri dalam negerinya mendukung, baik kuantitas, kualitas, dan maupun harganya, ya tentu Smartfren lebih senang pakai produk lokal,” kata Direktur Network Smartfren Merza Facys saat berbincang dengan detikINET, Rabu (18/3/2015).

Smartfren sendiri sangat sedikit untuk kebutuhan pasokan kartu SIM baru. Setiap tahunnya, kata Merza, hanya sekitar 1,5 juta hingga 2 juta saja. Berbeda dengan Telkomsel, XL, dan Indosat yang menembus ratusan juta.

Saat masih menjabat Direktur Utama Telkomsel, Alex Janangkih Sinaga — yang sekarang jadi Direktur Utama Telkom — sempat mengungkapkan bahwa produksi kartu SIM baru di operator itu setiap tahunnya mencapai 300 juta.

Sementara XL setiap tahunnya mengaku memesan sekitar 80 juta hingga 100 juta per tahun. Untuk pesanan kartu itu, semua vendor SIM yang terdaftar akan diundang untuk pitching tender

GM Corporate Relations & Communication Management XL Axiata Tri Wahyuningsih menjelaskan bahwa pihaknya butuh kartu dalam kuantitas besar agar mendapatkan harga yang terbaik. Untuk volume biasanya mulai dari pesanan minimum 50 ribu sampai jutaan keping kartu.

“Kita per kuartal order-nya. Per order ratusan ribu rata-rata. Supaya bisa dapat harga kompetitif, order-nya harus banyak. Kalau tidak, mana bisa jual starterpack cuma Rp 2 ribu sampai Rp 10 ribu. Tiap SIM card itu harganya bisa beda-beda. Untuk 4G misalnya, bisa lebih mahal,” jelasnya.

Dengan order yang berlimpah, menurutnya bisa menekan harga kartu SIM. “Harganya antara 12-14 sen dolar. Murah karena volumenya besar. Tapi itu belum sama harga packaging dan distribusinya,” lanjut dia.

Lebih lanjut dipaparkan, XL perlu distribusi kartu SIM dalam jumlah yang banyak karena tingginya angka churn — perpindahan pelanggan. Selain itu, pasokan kartu harus banyak untuk memenuhi stok di pasar.

“Stok harus tetap ada. Misalnya untuk replacement kartu. Belum lagi dari churn rate. Logikanya saja churn rate customer 30% per bulan, dari sisi kuota harusnya kita penuhi 130%. Kalau butuh satu juta pelanggan, kita order-nya 1,3 juta jika menghitung churn distribusinya,” pungkas Ayu, panggilan akrab Tri Wahyuningsih.

sumber : detik.com

Google Kembangkan Gelang Ajaib Penyembuh Kanker

http://images.detik.com/content/2015/03/19/398/073519_googlecancer.jpgGoogle baru saja mendaftarkan paten terbarunya ke World Intellectual Property Organization (WIPO). Menariknya, teknologi yang dikembangkan Google kali ini berhubungan dengan medis.

Aplikasi paten yang dinamakan ‘Nanoparticle Phoresis’, digambarkan sebagai wearable gadget yang secara otomatis memodifikasi atau menghancurkan target di dalam darah yang bisa menimbulkan efek kesehatan.

Target ini bisa enzim, hormon, protein, sel atau molekul lain, yang ketika hadir dalam darah, bisa mempengaruhi kondisi medis atau kesehatan seseorang yang menggunakan wearable gadget tersebut.

Seperti dilansir Telegraph, Kamis (19/3/2015), wearable gadget berbentuk gelang ini memodifikasi atau menghancurkan sel dengan mentransfer energi ke aliran darah. Energi yang ditransfer bisa berupa getaran frekuensi radio, getaran akustik, infra merah, atau sinyal cahaya yang tak terihat.

Energi ini akan berpengaruh pada perubahan fisik atau kimiawi yang menjadi sasarannya, dengan tujuan mengurangi atau menghilangkan efek kesehatan yang merugikan.

Google memberikan contoh, ketika wearable gadgetnya menemukan protein tertentu yang berpotensi menyebabkan Parkinson, maka protein tersebut akan dihancurkan sehingga memperlambat perkembangan penyakit.

“Lebih jauh lagi, ketika targetnya adalah sel kanker, gelang menyeleksi sel yang menimbulkan potensi kanker, menghancurkannya, sehingga penyebaran kanker bisa ditekan,” demikian deskripsi paten tersebut.

Ini bukan pertama kalinya Google berinvestasi untuk penelitian kanker. Pada Oktober 2014, Google X, laboratorium riset Google, diketahui sedang mengembangkan pil yang bisa mendeteksi kanker dan penyakit berat lainnya.

sumber : detik.com

Saatnya Operator Berpaling ke SIM Card Lokal

http://images.detik.com/content/2015/03/19/328/072329_simthumb.jpgIsu penyadapan yang dihembuskan Edward Snowden, mantan agen rahasia National Security Agency (NSA), kembali membuat geger bumi pertiwi. Pasalnya, SIM card yang kita gunakan selama ini dituding belum tentu aman.

Melalui kartu SIM buatan Gemalto, badan intelijen NSA dari Amerika Serikat, dan juga Government Communication Headquarter (GCHQ) dari Inggris, itu bisa menguping seluruh pembicaraan kita sekaligus memelototi isi SMS, email dan pesan lainnya.

Kabar ini pun ramai-ramai dibantah oleh operator seluler lokal seperti Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Hutchison 3 Indonesia, dan Sampoerna Telekomunikasi Indonesia. Pasalnya, mayoritas memang menggunakan Gemalto, namun mereka memastikan tidak terjadi kebocoran data.

Terlepas benar atau tidaknya hasil investigasi internal oleh masing-masing operator yang dilaporkan ke Kementerian Kominfo dan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), seharusnya membuat kita sadar bahwa selama menggunakan perangkat asing, ketakutan akan terbongkarnya keamanan nasional tetap akan ada.

Tersentak akan kondisi ini, Kominfo dan BRTI pun kembali mendorong yang namanya program TKDN — tingkat kandungan lokal dalam negeri. Tak cuma di sisi perangkat infrastruktur jaringan dan handset pelanggan, kini inisiatif untuk mendorong konten lokal pun juga menjamah kartu kecil yang tersemat di ponsel.

Inisiatif ini mendapat respons positif dari sejumlah operator. Telkomsel misalnya, anak usaha Telkom yang punya slogan ‘Paling Indonesia’ ini pun mengaku mendukung penuh upaya pemerintah. Pun demikian dengan sejumlah operator lain yang kepemilikannya didominasi asing.

“Kita follow saja sama regulator. Yang jelas, security system Telkomsel sudah mengikuti standardisasi ITU — international telecommunication union,” kata Mas’ud Khamid, Direktur Sales Telkomsel kepadadetikINET

Telkomsel sendiri memang menggunakan Gemalto. Namun, untuk urusan pengadaan distribusi kartu SIM tak melulu datang dari vendor asal Amsterdam, Belanda itu.

Sementara XL, mengaku sudah lama tidak lagi menggunakan Gemalto untuk pengadaan kartu SIM. Hal itu ditegaskan oleh GM Corporate Relations & Communication Management XL Axiata.

“Kita pernah pakai Gemalto, tapi beberapa tahun ke belakang. Kalau tidak salah, terakhir itu sekitar 2010-2012. Yang pasti tahun kemarin kita tidak adaorder ke mereka,” ungkapnya saat ditemui detikINET.

Untuk memenuhi kebutuhan pengadaan SIM card yang mencapai 80 juta hingga 100 juta setiap tahunnya, XL selalu menggelar proses tender. Memang diakui setiap pitching tender itu Gemalto selalu diundang, namun belakangan, mereka tidak pernah menang.

“Sesuai prosedur, kita pakai proses pitching tender. Vendor SIM card yang terdaftar di kita akan diundang untuk diadu harga terbaiknya. Gemalto pun terdaftar, tapi tidak pernah menang, tidak kita pakai lagi. Yang sekarang kita pakai itu Bluefish dari Singapura, dan dua lainnya dari lokal, CSL dan Pura,” bebernya.

XL pun mengaku telah cukup lama mempercayakan produksi kartu SIM mereka kepada perusahaan lokal. “Kita sudah kurang lebih sekitar empat tahunan gandeng lokal SIM provider untuk partner kita,” jelasnya.

sumber : detik.com

Pembaruan Windows 10 Bakal seperti BitTorrent

Sistem operasi Windows 10 masih dalam proses finalisasi oleh Microsoft. Perusahaan asal Redmond itu dikabarkan sedang menyiapkan build 10036 yang disinyalir bakal mendukung metode peer-to-peer (P2P) dalam mengunduh aplikasi atau update OS.

Namun, dikutip KompasTekno dari Ars Technica, Minggu (15/3/2015), metode P2P tersebut akan menjadi fitur opsional saja, dan jika diaktifkan maka akan memiliki dua mode, sistem akan mampu menerima update dari sistem lain di jaringan yang sama, atau dari jaringan lokal dan internet sekaligus.

Selama ini, metode update yang dimiliki oleh Microsoft adalah satu PC mengunduh update sendiri-sendiri. Cara itu dikeluhkan oleh perusahaan-perusahaan besar karena membutuhkan bandwidth yang besar.

Terlebih, update tertentu ukurannya mencapai ukuran gigabyte. Tentunya selain menghabiskan banyak bandwidth, juga membuang banyak waktu.

Perusahaan-perusahaan besar selama ini bisa menghindari pemborosan itu dengan menggunakan Windows Server Update Services (WSUS), yang mengunduh semua update sekali ke server update lokal yang dimiliki masing-masing perusahaan.

Komputer-konmputer lain yang terhubung dengan server kemudian mendapatkan update dari sistem lokal.

Belum jelas teknologi siapa yang akan dipakai Microsoft untuk melakukan update P2P. Microsoft sendiri telah menambahkan API P2P semenjak Windows XP SP1, namun API tersebut belum banyak dipakai software-software.

Namun pada 2013 lalu, Microsoft diketahui mengakuisisi perusahaan Panda Networks, perusahaan yang juga mengembangkan software P2P, seperti BitTorrent yang memiliki server khusus dan alokasi bandwidth yang pintar.

sumber : KOMPAS.com

‘Disadap ala Mission Impossible, Operator Takkan Sadar’

http://images.detik.com/content/2015/03/17/328/ponselrantai.jpg

Setumpuk dokumen telah diterima oleh Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI). Dokumen tersebut merupakan laporan investigasi dari lima operator terkait dugaan penyadapan lewat SIM card buatan Gemalto.

“Banyak laporannya. Kita kan harus bikin analisis juga. Tidak menyerahkan 100% ke laporan operator saja,” tutur Anggota Komite Regulasi Telekomunikasi BRTI Muhammad Ridwan Effendi akhir pekan lalu kepadadetikINET.

Seperti diungkap Edward Snowden, mantan agen National Security Agency (NSA) yang membelot, Indonesia termasuk yang disadap oleh badan intelijen asal Amerika Serikat tersebut. Tak hanya itu, Government Communications Headquarters (GCHQ) dari Inggris juga termasuk di dalam aksi spionase ini.

Pembobolan ini pun diakui oleh Gemalto. Dengan membobol sistem keamanan, maka peretas dapat memantau aktivitas panggilan telepon, pesan singkat, bahkan email para pengguna kartu SIM seluler. Selain kartu SIM untuk telepon seluler, Gemalto juga membuat chip untuk kartu kredit.

Perusahaan Gemalto yang berpusat di Amsterdam, Belanda, secara terbuka mengakui bahwa sistem mereka mungkin telah diretas oleh NSA dan GHCQ. Walau demikian, Chief Executive Gemalto Oliver Piou, mengklaim aksi mata-mata itu berdampak kecil pada privasi miliaran pengguna ponsel di dunia.

BRTI pun segera melakukan rapat pleno setelah menerima dokumen dari Telkomsel, XL Axiata, Indosat, Hutchison 3 Indonesia, dan Sampoerna Telekomunikasi Indonesia. Hampir semuanya mengakui menggunakan Gemalto sebagai pemasok SIM card.

“Tidak ada indikasi penyadapan. Operator yang jelas melakukan prosedur penyadapan yang sah atas perintah APH — aparat penegak hukum,” lanjut Ridwan saat kembali dihubungi detikINET, Selasa (17/3/2015).

Yang menjadi pertanyaan, apakah BRTI dan Kementerian Kominfo lantas berpuas diri dengan laporan investigasi internal yang notabene hanya klaim sepihak? Apakah para operator tidak sadar sama sekali kalau jaringannya ternyata ditumpangi mata-mata asing?

“Kalau penyadapan intelijen ya sulit bagi kita untuk bicara ada atau tidak. Pastinggak akan ada yang sadar, karena sadapan dari udara, kayak (film) Mission Impossible gitulah. Wong mereka biasa menyadap di udara dengan model BTS palsu. Efektif pada jarak 200-500 meter,” kata Ridwan lagi.

Ia pun menegaskan, laporan dari para operator ini diminta hanya untuk menegaskan bahwa dalam proses penyadapan berdasarkan permintaan aparat pemerintah hukum, dilakukan sesuai prosedur yang berlaku.

“Yang musti dicek kan yang model tapping atau penyadapan yang sengaja dilakukan operator atas perintah APH. Harus dijamin semua yang disadap memang atas perintah APH. Semua ada arsip sprindiknya,” tegas komisioner BRTI ini.

sumber : detik.com

Google Kurang Kreatif Rayu Pengguna Firefox

http://images.detik.com/content/2015/03/16/398/firefoxgoogle.jpg

Segala cara coba dilakukan Google agar pengguna browser Firefox kembali menjadikan mesin pencarinya sebagai default. Entah frustasi, rayuan yang dilakukan Google kali ini kurang kreatif.

Saat melakukan pencarian lewat laman Google di Firefox, di halaman hasil, kita akan melihat sebuah kotak pesan yang menawarkan untuk menjadikan Google sebagai mesin pencari default. Bila tertarik, bisa menekan Learn How, jika tidak klik saja No Thanks.

Walau terasa mengherankan, namun hal tersebut cukup wajar di tengah persaingan sengit mesin pencari saat ini. Meski Firefox berada di posisi ketiga sebagai browser yang banyak digunakan. Namun kontribusi penggunaan mesin pencarian cukup tinggi.

Seperti dikutip detikINET dari laman Techmeme, Senin (16/3/2015), pada November 2014 lalu Firefox menanggalkan Google sebagai mesin pencari default dan mengantinya dengan Yahoo.

Perubahan tersebut rupanya memberi dampak positif bagi Yahoo. Data dari StartCounter, Yahoo mengalami kenaikan dari 8,6% di November 2014 menjadi 10,9% di Januari 2015.

Sementara data dari comScore, pangsa pasar di Amerika Serikat mengalami lonjakan dari 10,2% pada November 2014 menjadi 11,8% pada Desember 2014. Mungkin kenaikan inilah yang menjadi penyebab frustasi hingga melakukan hal di atas.

sumber : detik.com

Apple dan Intel Bersatu Bikin iPhone “Spesial”?

Tahun depan, Apple kemungkinan akan membuat smartphone iPhone 7 dalam berbagai varian. Salah satu varian yang akan dibuat Apple di 2016 adalah dengan membuat iPhone 7 yang memiliki modem LTE buatan Intel.

Modem Intel XMM 7360 LTE disebut oleh Venture Beat, Kamis (12/3/2014) akan disematkan di salah satu soket dalam papan sirkuit iPhone baru yang akan dirilis tahun depan, menggantikan tempat yang selama ini dipakai oleh chip buatan Qualcomm.

Dua orang sumber yang tidak mau disebut namanya mengonfirmasi hal tersebut kepadaVenture Beat. Dikutip KompasTekno, modem XMM 7360 buatan Intel tersebut akan dipasang untuk iPhone 7 yang dijual di pasar negara berkembang, terutama di negara-negara Asia dan Amerika Latin.

Apakah harga jual iPhone 7 dengan chip Intel itu akan dijual lebih murah di pasar negara berkembang, belum bisa dipastikan. Informasi yang didapat Venture Beat hanya menyebut peranti tersebut akan menjadi peranti yang “spesial”, kemungkinan berbanderol murah.

Jika benar Apple akan menjual varian iPhone dengan harga murah, hal itu bertentangan dengan strategi Apple dalam memasarkan iPhone selama ini.

Sebagaimana diketahui, Apple selalu meluncurkan iPhone baru tiap satu tahun sekali dengan harga jual yang premium. Nah, setelah versi iPhone baru diluncurkan, barulah Apple menurunkan harga jual iPhone generasi sebelumnya.

sumber : KOMPAS.com

Ini Kebiasaan Obama di Twitter dan BlackBerry

Meski memiliki akun Twitter resmi, Presiden Amerika Serikat Barack Obama ternyata jarang nge-tweet sendiri. Kicauan di akunnya tampaknya kebanyakan dilakukan oleh tim media sosialnya.

Akun resmi Obama di Twitter sendiri saat ini diikuti oleh 56,3 juta akun. Saat ini, akun tersebut sudah berkicau sebanyak 13.200 kali.

“Pada umumnya, saya tidak secara fisik nge-tweet,” ungkap Obama dalam acara bincang-bincang Jimmy Kimmel Live di televisi ABC pada Kamis malam waktu setempat.

Selain masalah Twitter, seperti KompasTekno kutip dari Reuters, Jumat (13/3/2015), Obama membeberkan bahwa ia tidak diizinkan untuk memiliki perangkat dengan fitur masa kini. Saat ini, Obama mengungkapkan, ia masih menggunakan produk buatan BlackBerry.

Fasilitas untuk merekam pun sangat dilarang di perangkat milik pria yang pernah tinggal di Indonesia ini demi alasan keamanan.

Lalu, apa yang biasa dilakukan oleh Obama di perangkatnya tersebut? Menurut pengakuannya, Obama menggunakan BlackBerry miliknya untuk berkirim pesan melaluie-mail. Ia tidak pernah berkirim SMS menggunakan perangkat miliknya.

“Saya tidak berkirim pesan pendek. Saya (berkirim) e-mail,” katanya.

Meskipun begitu, kedua anak perempuannya, Malia dan Sasha Obama, tetap diperbolehkan untuk memiliki smartphone. Mereka pun dibebaskan untuk melakukan aktivitas yang biasa dilakukan pengguna ponsel pada umumnya.

“Mereka berkirim pesan dengan teman-temannya, dan mereka melakukan semua hal yang dilakukan remaja pada umumnya,” beber Obama.

sumber : KOMPAS.com