Machine Learning telah menjadi tren baru di dunia teknologi belakangan ini. Untuk menggenjot lebih jauh hal itu, Google melepas ke ranah open source sesuatu yang mereka punya dan disebut amat penting dalam urusan “proses belajar untuk mesin”.
Machine Learning sendiri adalah sejenis kecerdasan buatan dengan piranti lunak yang digunakan untuk memberi interpretasi dan prediksi dari serangkaian data, dan terus “belajar” dari data dan pengalaman dalam mendefinisikan sesuatu semisal sebuah gambar atau bahkan kejadian.
“Dalam cara lama machine learning adalah dengan menulis sebuah program komputer dengan aturan-aturan eksplisit untuk diikut, tapi cara baru ini membantu program komputer itu sendiri dengan belajar dari contoh dan pengulangan,” ucap Senior Research Scientist Google Greg Corrado di hadapan detikINET dan wartawan dari Asia Pasifik lainnya dalam acara The Magic in the Machine di Tokyo, Jepang, Selasa (10/11/2015).
Salah satu contoh dari “proses pembelajaran untuk mesin” ala Google adalah feature Google Photo yang kini dapat mengategorikan otomatis foto-foto berdasarkan bangunan, lanskap, hewan, bahkan kejadian tertentu.
Potensi salah pelabelan tetap ada, walaupun itu juga merupakan bagian dari proses machine learning. Contoh lain adalah fitur Smart Replay dari Google Inbox yang sekarang memiliki kapabilitas untuk menjawab otomatis surat-surat elektronik GMail berdasarkan kebiasaan dari penggunanya.
Nah, belakangan ini sejumlah perusahaan top semacam IBM, Amazon, dan Microsoft santer dikabarkan terus menyuntikkan investasi dalam machine learning tersebut. Google menjawabnya dengan melepas TensorFlow, sistem teknologi machine learning-nya, ke ranah open source. Ini terbilang sebagai langkah besar mengingat betapa Google dipandang punya kemampuan jauh di depan dalam urusan machine learning.
“Baru saja semalam Google merilis kode open source software library untuk Machine Learning, yang disebut TensorFlow. Kami pikir kode open source software library untuk Machine Learning ini amatlah penting,” kata Corrado
Sebagai catatan, piranti lunak itu merupakan salah satu pendukung dari RankBrain yang juga menjadi otak dari Google Search saat ini. TensorFlow ini juga memiliki kompatibilitas besar karena dapat berjalan di CPU, GPU, dan mobile. “Dengan TensorFlow, Google pun mengharapkan untuk terus mendorong revolusi dari Machine Learning,” imbuhnya.
Maka langkah Google tersebut boleh jadi membuat banyak orang terheran-heran. Lewat video conference, Eric Schmidt selaku executive chairman dari Alphabet yang kini menjadi induk Google, pun menjawabnya langsung.
“Kenapa kami merilis software yang sangat berharga? Karena kami juga mendapat keuntungan jika industri bertambah cerdas. Kalau semua orang menggunakan TensorFlow, di universitas, di lab riset, di seluruh dunia, kami akan diuntungkan karena mereka akan membuatnya jadi lebih kuat dan lebih baik, kami juga akan mendapat lebih banyak pengetahuan, penemuan baru, dan sebagainya,” ujar Schmidt.
“Jadi Google sudah membuat langkah tak biasa dengan merilis salah satu bagian inti library software, yang disebut TensorFlow ini. Dan saya juga akan mengatakannya dengan yakin bahwa itu sedemikian bagus sampai membuat yang lain pada umumnya, termasuk pesaing kami, akan mulai menggunakannya. Dan saya amat bangga. Itu salah satu contoh betapa Google melakukan hal-hal tak biasa,” tuturnya.
sumber : detik.com