Saatnya Operator Berpaling ke SIM Card Lokal

http://images.detik.com/content/2015/03/19/328/072329_simthumb.jpgIsu penyadapan yang dihembuskan Edward Snowden, mantan agen rahasia National Security Agency (NSA), kembali membuat geger bumi pertiwi. Pasalnya, SIM card yang kita gunakan selama ini dituding belum tentu aman.

Melalui kartu SIM buatan Gemalto, badan intelijen NSA dari Amerika Serikat, dan juga Government Communication Headquarter (GCHQ) dari Inggris, itu bisa menguping seluruh pembicaraan kita sekaligus memelototi isi SMS, email dan pesan lainnya.

Kabar ini pun ramai-ramai dibantah oleh operator seluler lokal seperti Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Hutchison 3 Indonesia, dan Sampoerna Telekomunikasi Indonesia. Pasalnya, mayoritas memang menggunakan Gemalto, namun mereka memastikan tidak terjadi kebocoran data.

Terlepas benar atau tidaknya hasil investigasi internal oleh masing-masing operator yang dilaporkan ke Kementerian Kominfo dan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), seharusnya membuat kita sadar bahwa selama menggunakan perangkat asing, ketakutan akan terbongkarnya keamanan nasional tetap akan ada.

Tersentak akan kondisi ini, Kominfo dan BRTI pun kembali mendorong yang namanya program TKDN — tingkat kandungan lokal dalam negeri. Tak cuma di sisi perangkat infrastruktur jaringan dan handset pelanggan, kini inisiatif untuk mendorong konten lokal pun juga menjamah kartu kecil yang tersemat di ponsel.

Inisiatif ini mendapat respons positif dari sejumlah operator. Telkomsel misalnya, anak usaha Telkom yang punya slogan ‘Paling Indonesia’ ini pun mengaku mendukung penuh upaya pemerintah. Pun demikian dengan sejumlah operator lain yang kepemilikannya didominasi asing.

“Kita follow saja sama regulator. Yang jelas, security system Telkomsel sudah mengikuti standardisasi ITU — international telecommunication union,” kata Mas’ud Khamid, Direktur Sales Telkomsel kepadadetikINET

Telkomsel sendiri memang menggunakan Gemalto. Namun, untuk urusan pengadaan distribusi kartu SIM tak melulu datang dari vendor asal Amsterdam, Belanda itu.

Sementara XL, mengaku sudah lama tidak lagi menggunakan Gemalto untuk pengadaan kartu SIM. Hal itu ditegaskan oleh GM Corporate Relations & Communication Management XL Axiata.

“Kita pernah pakai Gemalto, tapi beberapa tahun ke belakang. Kalau tidak salah, terakhir itu sekitar 2010-2012. Yang pasti tahun kemarin kita tidak adaorder ke mereka,” ungkapnya saat ditemui detikINET.

Untuk memenuhi kebutuhan pengadaan SIM card yang mencapai 80 juta hingga 100 juta setiap tahunnya, XL selalu menggelar proses tender. Memang diakui setiap pitching tender itu Gemalto selalu diundang, namun belakangan, mereka tidak pernah menang.

“Sesuai prosedur, kita pakai proses pitching tender. Vendor SIM card yang terdaftar di kita akan diundang untuk diadu harga terbaiknya. Gemalto pun terdaftar, tapi tidak pernah menang, tidak kita pakai lagi. Yang sekarang kita pakai itu Bluefish dari Singapura, dan dua lainnya dari lokal, CSL dan Pura,” bebernya.

XL pun mengaku telah cukup lama mempercayakan produksi kartu SIM mereka kepada perusahaan lokal. “Kita sudah kurang lebih sekitar empat tahunan gandeng lokal SIM provider untuk partner kita,” jelasnya.

sumber : detik.com

0 Comments

Leave a Reply

XHTML: You can use these tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>